Kamis, 04 Juni 2009

Panca Sradha Dalam Konsep Ketuhanan menurut Agama Hindu

Dalam ajaran agama Hindu, Tatwa juga termasuk salah satu kepercayaan. Kepercayaan juga dikenal dengan istilah “Sradha” yang berarti keimanan,keyakinan,kepercayaan. Ada lima macam keyakinan dalam Agama Hindu yang disebut dengan “Panca Sradha”.Panca Sradha, yang berarti lima macam keyakinan/ kepercayaan atau keimanan yang harus dipedomani oleh setiap umat hindu dalam hidup dan kehidupannya.Panca Sradha tersebut terdiri dari :

1. Percaya dengan adanya Tuhan/Brahman (Widhi Sraddha).

2. Percaya dengan adanya atma (Atma Sraddha).

3. Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala(Karmaphala Sraddha).

4. Percaya dengan adanya Punarbhawa/Samsara(Punarbhawa Sraddha).

5. Percaya dengan adanya Moksa(Moksa Sraddha).

Usaha untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama Hindu kelima macam kepercayaan itu mutlak perlu kita yakini. Akan menjadi sempurna apabila penghayatan dan pengamalannya dilandasi dengan cubhakarma (ethika) dan yadnya (ketulusan berkorban).

Percaya dengan adanya Tuhan/brahman (Widhi Sraddha).

Widhi Tatwa yang merupakan salah satu bagian dari panca saradha, yang menyatakan bahwa umat Hindu percaya dan yakin dengan adanya Tuhan, hal ini dapat di yakini dengan melalui cara-cara yang di sebut Tri Pramana yang berarti tiga cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan,atau cara bagaimana umat Hindu menjadi tahu tentang adanya sesuatu, dalah hal ini yaitu Brahman atau Tuhan.Ada pun bagian dari Tri Pramana adalah :

  1. Kepercayaan Umat Hundu terhadap adanya Brahman didasarkan pada kenyataan, Dinana para maharesi secara nyata dan jelas dapat menerima dan mendengar wahyu Tuhan, orang suci atau maharesi langsung menerima wahyu Tuhan yang di sebut sebagai Pratyaksa Pramana.
  2. Kepercayaan Umat Hundu terhadap adanya Brahman didasarkan pada logika atau gejala alam atau rahasia alam yang tidak dapat terpecahkan oleh manusia. Maka berdasarkan logika pasti ada penyebab atau sumber dari gejala keanehan alam raya ini,prnyebab atau sumber tersebut tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa. Hal inilah yang di sebut sebagai Anumana Pramana.
  3. Kepercayaan Umat Hundu terhadap adanya Brahman didasarkan pada pemberitahuan orang lain yang di percaya atau berdasarkan ajaran agama atau Kitab Suci Veda. Dengan dasar ajaran Agama umat Hindu percaya dengan adanya Tuhan. hal ini yang disebut Agama Pramana.

Ada pun sifat-sifat Brahman antara lain :

1. Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau

Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk, warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila saatnya pralaya tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam semesta ini yang tidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan, karena tidak ada barang atau zat lain di alam semesta ini selain Tuhan.

2. Cit: sebagai Maha Tahu

Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama, tetapi sumber segala pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan berevolusi, dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sempurna. Dari avidya (absence of knowledge- kekurangtahuan) menuju vidya atau maha tahu.

3. Ananda

Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Maya yang diciptakan Brahman menimbulkan illusi, namun tidak berpengaruh sedikitpun terhadap kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan, kesukaran, dan kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber pula pada Ananda ini bersumber pula pada Ananda ini, bedanya hanya dalam tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah berwujud kenikmatan instingtif yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap makanan dan kegiatan sex. Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang bersifat sementara yang kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah suka tan pawali duhka, kebahagian abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda duniawi.

Dalam Kitab Suci Agama Hindu mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya ada satu Beliau maha besar maha tahu dan ada dimana-mana yang menjadi sumber dari segala yang ada di alam raya ini.Tetapi dalam manisfestasinya atau perwujudannya sebagai Tri Murti, Tuhan yang hanya stu di percaya mempunyai Tiga wujud kekuatan. Tri yang berarti Tiga dan Mukti yang berarti perwujudan, Tiga kekuatan atau kebesaran itu yang di maksu adalah :

1. Tuhan sebagai maha Pencipta,dalam wujudnya sebagai pencipta Tuhan di beri nama Dewa Brahma,dikatakan sebagai maha pencipta karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, Dewa Brahma di simbolkan dengan aksara suci A (Ang)

2. Tuhan sebagai maha pemelihara, Tuhan sebagai pemelihara yang melindungi segala ciptaanNya dalam manisestasinya sebagai pemelihara Umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Wisnu, dan disimbolkan dengan aksara suci U (ung)

3. Tuhan sebagai maha pemrelina, pemreline berasal dari kata pralina yang berarti kembali pada asalnya, pemrelina berarti mengembalikan kepada asalny yang disebut juga sebagai pelebur, Tuhan sebagai pelebur umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Siwa,dan disimbolkan dengan aksara suci M (Mang)

Pengertian Dewa dalam Agama Hindu adalah Kata Dewa muncul dari kata Deva atau Daiwa dalam bahasa sansekerta yang berasal dari kata Div yang berarti Sinar, jadi Dewa adalah merupakan perwujudan sinar suci Tuhan Yang Maha Esa.

Disamping Tri Murti dalam agama hindu juga ada dewa dan dewi yang di percaya sebagai manispestasi dari Tuhan, seperti di bawah ini :

· Agni (Dewa api)

· Aswin (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)

· Candhra (Dewa bulan)

· Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)

· Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)

· Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)

· Kuwera (Dewa kekayaan)

· Laksm i(Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)

· Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahma)

· Sri (Dewi pangan)

· Surya (Dewa matahari)

· Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)

· Bayu (Dewa angin)

· Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)

Percaya dengan adanya atma (Atma Sraddha).

Dalam Agama Hindu, Atma dipandang sebagai kesadaran sejati yang merupakan hidupnya badan jasmani, dalam Upanisd dinyatakan Atman itu hakikatnya sama dengan Brahman yang dinyatakan bahwa Brahman Atman Aikyam yang artinya Brahman dan Atman itu satu adanya, Brahman adalah asas alam semesta sedangkan Atman adalah asas hidup manusia.

Dalam Bagavad Gita di jabarkan mengenai sifat – sifat atman diantaranya adalah :

· Achedya : tak terlukai oleh senjata

· Adahya : tak terbakar oleh api

· Akledya :tak terkeringkan oleh angin

· Acesyah : tak terbasahkan oleh air

· Nitya : abadi

· Sarwagatah : di mana- mana ada

· Sthanu : tak berpindah- pindah

· Acala : tak bergerak

· Sanatana : selalu sama

· Awyakta : tak dilahirkan

· Acintya : tak terpikirkan

· Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.

Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala(Karma Phala Sraddha).

Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula yang akan diterimanya. Karmaphala memberi keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk.Phala dari karma itu ada tiga macam yaitu:

1. Sancita Karmaphala

Phala dari perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang.

2. Prarabda Karmaphala

Phala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.

3. Kriyamana Karmaphala

Phala perbuatan yang tidak dapat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

Dengan pengertian tiga macam Karmaphala itu maka jelaslah, cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Karmaphala mengantarkan roh (atma) masuk Surga atau masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu berkarma baik maka pahala yang didapat adalah Surga, sebaliknya bila hidupnya itu selalu berkarma buruk maka hukuman nerakalah yang diterimanya. Dalam pustaka- pustaka dan ceritera- ceritera keagamaan dijelaskan bahwa Surga artinya alam atas, alam suksma, alam kebahagiaan, alam yang serba indah dan serba mengenakkan. Neraka adalah alam hukuman, tempat roh atau atma mendapat siksaan sebagai hasil dan perbuatan buruk selama masa hidupnya. Selesai menikmati Surga atau neraka, roh atau atma akan mendapatkan kesempatan mengalami penjelmaan kembali sebagai karya penebusan dalam usaha menuju Moksa.

Percaya dengan adanya Punarbhawa/Samsara(Punarbhawa Sraddha).

Kata punarbhawa terdiri dari dua kata Sanskerta yaitu "punar" (lagi) dan "bhawa" (menjelma). Jadi Punarbhawa ialah keyakinan terhadap kelahiran yang berulang- ulang yang disebut juga penitisan atau samsara. Dalam Pustaka suci Weda tersebut dinyatakan bahwa penjelmaan jiwatman berulang- ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut samsara. Kelahirannya yang berulang- ulang ini membawa akibat suka dan duka.Punarbhawa atau samsara terjadi oleh karena jiwatman masih dipengaruhi oleh Wisaya dan Awidya sehingga kematiannya akan diikuti oleh kelahiran kembali.Segala perbuatan ini menyebabkan adanya bekas (wasana) pada jiwatma. Bekas- bekas perbuatan (karma wasana) itu ada bermacam- macam, jika yang melekat bekas- bekas keduniawian maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik oleh hal- hal keduniawian sehingga jiwatman itu lahir kembali.

Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa

Hukum karmaphala dan punarbhawa atau reinkarnasi mempunyai hubungan yang amat erat dan timbal balik, karmaphala merupakan hukum hasil perbuatan, bik buruknya perbuatan akan menentukan kuwalitas kelahiran manusia, demikian pula punarbhawa atau reinkarnasi akan berdampak bagi perbuatan seseorang. Dalam hal ini seseorang yang selalu berbuat baik dalam hidupnya dan bila dia meningal nanti maka rohnya akan mendapat tempat yang baik di akhirat atau di sorga. Dan bila dia lahir kembali atau berreinkarnasi lagi maka akan menjai hidup serba kecukupan dilingkungan orang baik-baik, tapi bila dalam kehidupan sekarang dia bertindak tidak baik maka setelah meninggal nanti rohnya akan masuk neraka, demikianlah subha dan asubhakarma yang menentukan hasil perbuatan atau karmaphala itu sangat mempengaruhi kehidupan jika kita mengalami punarbhawa dikelak kemudian hari.

Percaya dengan adanya Moksa(Moksa Sraddha)

Moksa merupakan bahasa sansekerta yang berarti pembebasan,kelepasan,atau kelepasan dari keterikatan benda-benda duniawi hingga mencapai bersatunya Atman dengan Brahman

Moksa adalah tujuan terakhir bagi umat Hindu. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari- hari secara baik dan benar, misalnya dengan menjalankan sembahyang batin dengan menetapkan cipta (Dharana), memusatkan cipta (Dhyana) dan mengheningkan cipta (Semadhi), manusia berangsur- angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari segala ikatan keduniawian, untuk mencapai bersatunya Atman dengan Brahman.

Kebebasan yang sulit dicapai banyak makhluk akan lahir dan mati. serta hidup kembali tanpa kemauannya sendiri. Akan tetapi masih ada satu yang tak tampak dan kekal, tiada binasa dikala semua makhluk binasa. Nah, yang tak tampak dan kekal itulah harus menjadi tujuan utama supaya tidak lagi mengalami penjelmaan ke dunia, tetapi mencapai tempat Brahman yang tertinggi.
Jika kita selalu ingat kepada Brahman, berbuat demi Brahman maka tak usah disangsikan lagi kita akan kembali kepada Brahman. Untuk mencapai ini orang harus selalu berusaha, berbuat baik sesuai dengan ajaran agamanya. Kitab suci telah menunjukkan bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan maya agar akhirnya Atman dapat bersatu dengan Brahman (suka tan pawali duka), sehingga penderitaan dapat dikikis habis dan tidak lagi menjelma ke dunia ini sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia, sebagai Awatara.

Tingkatan moksa sesuai dengan kondisi atman dalam hubungannya dengan Tuhan

  1. Sampya yaitu moksa yang di capai semasa masih hidup di dunia, yang dapat di capai oleh para maharesi pada waktu melaksanakan yoga samadhi, sehingga dapat menerima wahyu dari Tuhan.
  2. Sarupya yaitu moksa yang di capai semasa masih hidup dimana kedudukan Atman mengatasi unsur-unsur maya, misalnya Budha, Kresna, Rama, dan Awatara-awatar yang lainnya.
  3. Salokya yaitu moksa yang dicapai oleh Atman setelah berada dalam posisi kesadaran yang sama dengan Tuhan, tetapi belum bisa bersatu dengan Nya, dalam hal ini Atman telah mencapai tingkatan Dewa.
  4. Sayujya yaitu pada tahapan ini dimana Atman telah bersatu dengan Brahman, seperti apa yang disebut Brahman Atman Aikyam atau Atman dengan Brahman satu atau talah bersatu.

(diringkas oleh i made mudita)

Sumber : Drs.K.M.Suhardana,2009,Panca Saradha Lima Keyakinan Umat Hindu, Paramita,Surabaya.

3 komentar:

  1. OM Swastyastu, untuk berbagi semakin lengkap bagaimana kalau saling bertukar link khusus tentang Hindu. Kunjungi http://sucita.co.cc

    BalasHapus
  2. terimakasih semoga tambah sukses

    BalasHapus
  3. Suksma atas artikelnya....swaha.

    BalasHapus